Setelah cukup lama
menghilang, hari ini aku kembali untuk berbagi buku yang baru aja selesai aku lahap. Sebuah novel bergenre Amore. Sebenarnya novel ini sudah cukup lama
pingin saya miliki. Ketika itu, aku sedang halan-halan ke blog buku seorang book blogger (tapi lupa siapa). Di blog
tersebut sedang diadakan giveaway
yang berhadiah novel ini. Didorong rasa pingin memilikinya hati kamu, aku pun gak mau ketinggalan untuk ikutan adu keberuntungan. Tapi sayang Dewi
Fortuna belum berpihak kepadaku. Harapan untuk memiliki novel itu hilang
bersama diumumkannya nama pemenang. Aku belum beruntung! Tapi gak apa-apa deh,
namanya juga usaha, ucapku untuk menghibur diri.
Berhubung tempat
tinggalku jauh dari toko buku, sementara aku masukkan aja dulu novel ini ke
wish listed book. Berharap suatu saat
bisa memiliki novel berjudul, Forever with You, karya Ria
n. Badaria ini. Daaaan ... setelah sekian lama penantian, novel ini pun
akhirnya bisa aku miliki. Ada yang penasaran kenapa aku kok bisa suka novel
ini? Ada dua alasan. Pertama, ehm … karena kisah sang tokoh utama sedikit
nyerempet a.k.a mirip dengan kisah kehidupan saya saat ini. Istilahnya senasib
getoooh. HAHAHA. Lalu yang kedua? Rahasiaaa ah *senyum misterius* Malu akutuh mah
ngasih taunya.
Udah, kamu jangan
manyun gitu. Mending kita
mulai aja melahap novel ini …
Judul buku : Forever with You
Penulis : Ria N. Badaria
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-2867-6
Kategori : Fiksi – Amore
Tebal : 272 halaman
Tahun: 2016
Lahap
hap hap …
Liana
Sanjaya, penulis novel fiksi romantis yang di sampul depan setiap novelnya
dibubuhi cap Best Seller, fakta yang
seharusnya membanggakan. Sayang, hal yang membanggakan itu sama sekali tidak
berguna ketika ia harus mencari pasangan di usia yang ke-29 tahun.
Melajang
di usia hampir 30 tahun nyatanya bukan hal menyenangkan dan mudah untuk
dijalani. Usia yang menurut kebanyakan orang hampir memasuki usia kadaluarsa
bagi seorang wanita untuk menjadi lajang. Terlebih jika dilahirkan oleh seorang
ibu yang tumbuh di keluarga besar yang mengganggap lewat dari usia 25 tahun,
seorang wanita sudah harus menikah dan punya anak.
Kapan
nyusul? Mana pasangannya? Pertanyaan yang kerap kali membuat Liana jengah
ketika menghadiri acara pernikahan. Untuk wanita lajang di usia nyaris tiga
puluh tahun, acara pernikahan memang selalu menjadi tempat paling mengerikan!
Rinto
Ardianto. Berusia 28 tahun, berkarier sebagai fotografer lepas, lebih sering
mengerjakan pemotretan untuk majalah-majalah fashion terkemuka. Sahabat Liana
sejak kecil. Keluarga mereka sudah seperti saudara meski tanpa ikatan
darah.
Bagi
Liana, Rinto merupakan zona nyaman tempat ia bebas meluapkan semua hal yang
dirasakan. Ia bisa tertawa, marah, dan menangis di hadapan Rinto. Selalu
seperti itu sejak mereka kecil. Ia selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya
jika Rinto tidak berada di dekatnya untuk mendengarkan semua cerita hidupnya.
Rinto
tertawa keras ketika Liana selesai bercerita tentang perjodohan yang lagi-lagi
gagal. “Lu emang harus diruwat, supaya aura negatif dalam diri lu hilang”, kata
Rinto masih tertawa.
Menyedihkan,
hanya sata kata itu yang bisa Rinto pakai untuk menggambarkan percintaan Liana.
Sejak remaja, Liana memang selalu mengalami kisah cinta yang menyebalkan.
Sedangkan hidup percintaan Rinto tentu saja sangat berbeda dengan yang dialami
Liana. Dengan segala hal yang dimilikinya; tubuh tegap setinggi 180 sentimeter,
wajah tampan, hidung mancung, serta otak cerdas, menjadikan sosok Rinto layak menjadi
idaman wanita.
Terlalu
mudah jatuh cinta, itu kesalahan Liana selama ini. Liana sangat mudah jatuh
cinta pada seseorang jika bertemu dengan orang yang dia nilai berhasil membuat
jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tetapi selama ini Rinto selalu
merasa ada yang salah dengan jantung Liana, karena jantung menyebalkan itu
terlalu sering berdetak cepat, dan detakannya itu selalu untuk orang yang
salah!
“Gue
harus nikah tahun ini,” kata Liana dengan nada murung. “Gue harus menikah sebelum
angka depan usia gue berubah.”
Kalimat
itu harusnya dikatakan Liana dengan penuh tekad, tapi sayangnya Rinto justru
mendengar nada pesimis. Rinto hanya menghela napas panjang untuk perkataan
Liana itu.
Perjodohan
demi perjodohan telah dilewati Liana. Namun tidak ada satu pun yang berhasil. Hingga
suatu hari …
Liana
bertemu Dimas, kopilot di maskapai penerbangan ternama. Ada debaran halus yang
menyenangkan terasa memenuhi dadanya ketika bertemu pria itu. Kali ini, Liana
yakin akan berhasil menjalin kisah cinta sempurna bersama Dimas.
Namun
fantasi terganjal oleh sahabatnya sendiri, Rinto.
Akankah
Liana berhak mendapatkan kisah cinta sempurna seperti yang selalu ditulis dalam
novel-novel larisnya?
Kalimat
Favorit
…,
secantik-cantiknya mutiara kalau cuma disimpan di kotak, nggak bakal ada yang
lihat kecantikannya (Forever with You, hal 35).
Jangan
membuat dirimu tidak nyaman hanya untuk menjadi seperti orang lain (Forever
with You, hal 191).
Jika
kita mencintai seseorang dengan tulus, maka akan selalu ada kata maaf untuk
semua kesalahan yang dia lakukan, karena akan lebih baik menerima kembali cinta
yang pernah menyakiti itu dan mencoba meraih bahagia dengan cinta yang sama,
ketimbang melepaskan cinta itu untuk lebih menyakiti diri (Forever with You,
hal 266).
Terkadang
saat mencari cinta yang sempurna, kita tidak menyadari sebenarnya ada cinta
luar biasa yang ada di dekat kita (Forever with You, hal 268).
Tanpa
batas usia, siapa pun berhak memimpikan ketulusan cinta dalam hidupnya. Tidak
ada usia kadaluarsa yang mengharuskan mereka untuk berhenti bermimpi dan
berharap atas cinta, karena di saat yang tepat cinta akan menemukan mereka
(Forever with You, hal 268).
Review
Aku
Gue
banget! Dua kata yang terlontar ketika membaca kisah demi kisah yang dituliskan
dalam novel ini. Tampak sekali penulis menguasai materi yang menjadi pokok
permasalahan, melajang di usia “kadaluarsa”. Penulis mampu menceritakan adegan
demi adegan dengan baik. Terkesan alami.
Novel
ini benar-benar melalui proses editing yang penuh ketelitian, nyaris tidak ada typo. Hanya menemukan satu. Sehingga
aku bisa menyelesaikan novel hingga lembar terakhir dengan nyaman.
Pesan
Moral
Novel
ini mengingatkanku bahwa aku “tidak sendirian”. Masih banyak orang-orang di
luar sana yang memiliki kisah hidup sepertiku. Intinya harus ada keyakinan
bahwa di waktu yang tepat, cinta akan datang.
Dua.
Jangan suka menilai rendah diri sendiri. Dengan begitu, kelebihan-kelebihan
yang ada dalam diri kita justru tertutupi. Dan akhirnya kita akan selalu
menjadi orang yang tidak percaya diri.
Dan
yang ketiga, ini khusus diperuntukkan bagi pembaca yang sudah mempunyai
pasangan. Ketika sahabat, sepupu, tetangga, atau siapa pun di sekitar kamu yang
masih melajang di usia “kadaluarsa”, hindari untuk melontarkan
pertanyaan-pertanyaan yang justru akan membuat saya mereka semakin
tertekan. Karena jodoh bukan manusia yang mengatur. Harusnya pertanyaan itu
ditujukan kepada Sang Pemilik Kehidupan bukan malah kepada mereka. Dari pada
semakin memperkeruh masalah, mending mendoakan agar mereka segera mendapatkan
cinta di saat yang tepat. Aih, kok aku malah kebablasan curhat *ditimpuk
sandal jepit* HAHAHA.
Salam cinta,
~RP~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar