Jumat, 07 April 2017

HAUTE HEART [METROPOP]




Haute Heart. Sudah (cukup) lama aku gak berbagi cerita tentang buku. Sudah ada beberapa buku yang mengantri untuk direview. Tetapi karena bertebaran lomba blog yang hadiahnya bikin ngeces. Aku yang belum pernah merasakan gimana senangnya jadi pemenang lomba, jadi penasaran untuk coba peruntungan. Daaaan … akhirnya baru sekarang aku bisa menuliskan review.

Oiya sekalian mau memberi PENGUMUMAN (PENTING!), hari ini blog buku aku, RESMI DIBUKA!

Sesuai dengan temanya, blog ini tentunya akan berisi cerita A-Z tentang buku. Jadi jangan harap kamu bisa nemuin tulisan yang isinya curhatan baperku #eeh.

SELAMAT BERSENANG-SENANG …

Nah, untuk postingan pertama ini, aku mau mengajak kamu, para predator buku untuk melahap buku yang berjudul Haute Heart. Sebuah novel bergenre metropop yang merupakan karya Regina Alexandra. Ketika memutuskan untuk membeli sebuah buku, biasanya karena ketertarikan pada cover/sampul terlebih dahulu. Istilah kerennya tuh, love at the first sight. Berhubung, aku lagi #BelajarMasak, pertama kali melihat sampul novel yang bergambar celemek dan peralatan membuat kue **kalau tidak salah ya**. Aku pun langsung tergoda untuk membawa pulang. Hahahaha. Ditambah lagi ada kutipan yang berbunyi:

"Memasak buka tentang menyenangkan dan menghibur orang lain, tetapi juga menghibur diri sendiri"

Ih, semakin membuatku jatuh cinta. Tak perlu berpikir terlalu lama dan kebetulan stok bukunya juga hanya dua lagi. Aku pun memutuskan untuk membeli.

Ups, sepertinya kamu sudah gak sabar lagi untuk segera tahu lebih banyak tentang novel ini, kaaaaaan?

Kalau begitu kita mulai saja melahap novel ini … 

Judul buku : Haute Heart
Penulis : Regina Alexandra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-1474-7
Kategori : Fiksi – Metropop
Tebal : 251 halaman
Tahun : 2015


Lahap hap hap …

Diandra, wanita dengan pembawaan ceria dan supel. Seorang sous chef di Parisian Chic, sebuah restoran Prancis ternama. Merupakan karyawan yang disiplin mengelola dapur, memiliki ketegasan dalam memimpin timnya, dan berdedikasi terhadap kualitas makanan.

“Kenapa sih para lelaki menyebalkan kalau urusan waktu dan janji?” gerutu Diandra.

Edgar merupakan kekasih Diandra. Bekerja sebagai seorang desainer. Dan terlalu disibukkan dengan pekerjaannya. Sehingga Diandra merasa kesal karena terlalu sering diabaikan. Diandra lalu memutuskan hubungan.

“Kita putus!”

Bukan kali pertama Diandra dan Edgar mengalami kejadian seperti ini. Putus-sambung, putus-sambung. Namun seiring berjalannya waktu, Diandra akan membuka pintu maaf dan menerima Edgar kembali. Ya, Edgar selalu punya cara manis yang mampu meluluhkan hati Diandra. Namun saat ini, ia berjanji tidak akan pernah menerima Edgar kembali seperti sebelum-sebelumnya.

Diandra tak mau terlalu lama larut dalam kesedihan. Ia pun memutuskan untuk fokus pada pekerjaan saja. Apalagi dengan kepergiaan Mr. Damien, berarti peluang bergerak ke jenjang karier selanjutnya terbentang di depan mata. Dada Diandra dipenuhi rasa haru bercampur bangga, pada saat mengucapkan salam perpisahan, Mr. Damien memuji Diandra sebagai chef muda berbakat dan bisa diandalkan. Diandra semakin yakin bahwa dirinya pantas untuk menggantikan posisi Mr. Damien sebagai chief of cuisine.

Namun kenyataan tak selamanya sesuai dengan harapan. Pimpinannya memang tidak pernah membahas pengganti Mr. Damien. Dan ... tiba-tiba muncul Mr. Aloys yang akan menjadi chief of cuisine, jabatan bergengsi yang begitu diimpikannya. Tidak adil. Diandra merasa terpuruk. Padahal sebelumnya Diandra begitu yakin dengan kapasitas dan kemampuannya,  ia berhak atas jabatan tersebut. Kehadiran Mr. Aloys membawa warna baru bagi kehidupan Diandra. 

Diandra diperhadapkan pada dua pilihan. Jika Diandra memilih Aloys, ia akan mempertaruhkan kariernya. Jika ia memilih Edgar, ia harus memikirkan segala perbedaan di antara mereka berdua. Sementara waktu, Diandra memutuskan untuk tetap konsentrasi pada karier. Namun drama percintaannya justru mempengaruhi kariernya, dan memaksa Diandra membuat keputusan.

Siapakah yang akan dipilih Diandra? Akankah pilihan tersebut merupakan pilihan terbaik bagi kehidupan Diandra?      
          

Kalimat Favorit

Dicintai seseorang memberimu kekuatan, dan mencintai seseorang membuatmu mampu melakukan hal tersulit  dan berbahaya sekalipun. (Haute Heart, hal 66).

Jangan main-main urusan pasangan (Haute Heart, hal 104).

Tidak ada yang bisa membangkitkan semangat perempuan selain dirinya sendiri (Haute Heart, hal 128).

Memasak itu soal hati dan perasaan (Haute Heart, hal 178).

Hidup yang sempurna itu bukan yang selalu adem ayem dan bahagia, sedikit ujian, sedikit air mata akan membuat hidupmu lengkap (Haute Heart, hal 178).


Review

Ketika menulis novel ini, sepertinya penulis telah melakukan riset mendalam tentang Prancis, khususnya dalam bidang masak-memasak. Tampak jelas bagaimana penulis menggunakan istilah-istilah memasak dalam bahasa Prancis. Dan mampu menceritakan dengan detail. Oke. Pengetahuan aku bertambah. Alangkah lebih baik, jika diberikan juga artinya. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional saja, aku masih gagu, apalagi ini bahasa Prancis. Banyak kata yang membuatku gagal paham dan mencoba menerka sendiri maksud dari kata tersebut. Terdorong rasa penasaran, aku pun bertanya sama Opung Google. Lihat, aku jadi “lebih rajin” untuk mencari tahu hal baru yang masih terasa asing. Mungkin ini tujuan penulis, iya, agar pembaca inisiatif mencari tahu sendiri.  Seru juga kok. 

Hei, ada resep masakan Prancis juga loh. Tetapi aku tidak mungkin bisa #BelajarMasak untuk mencoba resep-resep tersebut. Nama bahan-bahannya, aku belum pernah dengar, bagaimana mau memasaknya? Kalau bumbu dapur seperti bawang merah dan bawang putih, tentu aku sudah hapal luar kepala ^^

Ada beberapa typo yang aku temukan. Sejauh ini sih, tidak begitu menggangu. Tetapi agak disayangkan saja. Diantaranya dalam penulisan peralatan, tertulis : peratan. Pembatu, seharusnya pembantu. 

Ceritanya mengalir, tidak terlalu dibuat-buat. Terkesan natural. Tidak berlebihan seperti sinetron. Gaya bahasanya pun renyah, tidak kaku. Dengan demikian, saya bisa menikmati lembar demi lembar tanpa rasa bosan. Ya, meski ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Prancis yang tidak saya mengerti, namun tetap bisa diikuti dan dapat ditangkap dengan baik apa yang ingin disampaikan penulis.


Pesan Moral

Ketika membaca novel ini, aku diingatkan agar tidak mengambil keputusan dalam kondisi marah. Terkadang keputusan yang kita ambil, akan membawa penyesalan di kemudian hari.





 Salam cinta,

   

5 komentar:

  1. wah sepertinya menarik, temanya beda dari buku2 yang pernah saya baca. Bucket-listed! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih tuk kunjungannya ☺
      Iya, kereeen novelnya.

      Hapus
  2. belum baca dan perlu dibaca , makasih reviewnya

    BalasHapus